
Aku iri. Aku tidak malu mengakui bahwa aku iri. Aku iri dengan orang-orang yang bisa melayani Tuhan dengan talenta-talenta mereka, dengan apa yang mereka punya. Aku iri bagaimana mereka bisa tampak begitu bahagia dengan apa yang mereka lakukan. Melihat pelayan-pelayan Tuhan yang bisa melayani lewat pujian, kotbah, gambar, dan lewat berbagai jalan lain. Dan yang paling membuatku iri adalah bagaimana penyertaan Tuhan sangat nyata dalam hidup mereka yang melayaniNya dengan sepenuh hati.
Dulu aku mengira bahwa mereka bisa melayani dengan begitu hebat dan bahagia karena mereka mendapatkan bayaran yang besar, karena mereka tampak begitu luar biasa dan totalitas. Namun belakangan semakin aku mencari untuk menjawab rasa iriku aku menemukan bahwa mereka bisa berbuat seluar biasa itu bukan karena uang, tapi memang karena sebesar itulah suka cita dalam melayani Tuhan, dalam memberikan persembahan untuk Tuhan.
Dulu aku mengira para pelayan Tuhan yang sering muncul dalam event-event besar, dalam youtube, instagram, dan berbagai media lain adalah orang-orang kaya, orang-orang yang hidupnya tidak memiliki masalah atau orang-orang yang bahagia. Namun ternyata mereka semua sama, justru sebagaian dari mereka memiliki pergumulan yang mungkin aku sendiri tidak akan mampu kalau aku mengalaminya. Dan yang memampukan mereka adalah Tuhan. Sebesar itulah penyertaan Tuhan hingga dalam kesesakan dan pergumulan bahkan kepahitan pun mereka tetap bersuka cita di dalam Tuhan.
Aku iri dengan itu semua, suka cita yang mereka alami saat melayani dan mempersembahkan untuk Tuhan, penyertaan Tuhan yang luar biasa dan apa yang bisa mereka persembahkan untuk Tuhan.
Dan dalam perjalananku imanku, malah semakin banyak hal yang membuatku iri dan berujung semakin banyak hal pula yang ingin kulakukan dan persembahkan untuk Tuhan. Bukan dari apa yang tidak kumiliki, namun dari apa yang kumiliki. Bukan dari apa yang aku tidak bisa, namun dari apa talenta yang kumiliki. Aku tidak bisa menyanyi dengan baik bahkan membaca nada pun aku tidak bisa, namun aku bisa menulis. Aku tidak percaya diri untuk tampil di depan jemaat, tapi aku bisa mengoperasikan kamera. Aku tidak memiliki harta yang berlimpah untuk dijadikan persembahan, tapi aku punya tenaga dan pikiran untuk bisa kupersembahkan pada Tuhan. Berbicara soal rasa iri, ada satu cerita. Pada suatu pagi di hari minggu aku membuka Youtube di handphone ku dan ada sebuah video. Karena itu hari minggu dan perasaan iri itu sudah muncul dalam diriku maka aku sangat sering menonton video-video rohani. Ini video nya.
Video itu muncul di berandaku dan kupikir sangat menarik bisa mempelajari kisah alkitab dalam bentuk video, maka aku menontonnya. Dan ternyata aku sangat iri pada tokoh di dalam video tersebut, padahal itu adalah video animasi. Aku sangat iri, karena mereka bisa kembali ke masa lampau dan menyaksikan kelahiran Yesus Kristus ke dunia! Aku juga ingin mengalaminya. Menyaksikan kelahiran Yesus Kristus yang menjadi hadiah terbesar dari Tuhan untuk umat manusia. Betapa luar biasanya itu. Aku menangis sambil berdoa dalam hati, aku mengadu pada Tuhan seperti seorang anak kecil yang mengadu ke orang tuanya karena menginginkan mainan yang sama dengan temannya. Aku juga ingin menyaksikan kelahiran Yesus Kristus seperti tokoh dalam video animasi itu. Kalau dipikir, sungguh tidak masuk akal, bagaimana aku bisa begitu iri bahkan sampai menangis dan mengadu pada Tuhan hanya karena sebuah video. Tapi aku tidak peduli karena memang itulah yang aku rasakan. Meskipun iri bisa dikatakan perbuatan dosa, jujur aku tidak perduli. Aku akan tetap mencari Tuhan, akan tetap mempersembahkan dari apa yang kumiliki. Meskipun nanti dalam perjalananku akan timbul lagi perasaan iri itu.
Sekian cerita dariku, Tuhan Yesus Memberkati.